Seharusnya
ada istilah yang menyatakan bahwa tidak ada yang lebih indah daripada
persabatan. Aku mempunyai dua orang sahabat satu angkatan kuliah: Fakultas
Ekonomi 2001 Universitas Negeri di Jawa, namanya Anggun dan Dewi. Dan aku tahu,
mereka sangat menyanyangi ku meskipun menurut mereka aku adalah seorang yang
tidak asyik untuk diajak bergaul. Diwaktu luang, seperti ketika jam kuliah
kosong atau ketika weekend, mereka
selalu mengajak ku makan di restoran mahal atau karaoke. Sekali lagi, aku
menolak. Maafkan aku telah membuat kalian kecewa, teman. Bukanya tidak mau
diajak hangout, aku hanya ingin
belajar mengatur uang bulanan kiriman Ibu yang jumlahnya tidak banyak. aku
tidak seperti kalian yang bisa meminta uang pada orangtua kapanpun kalian mau.
Ketika
weekend, aku lebih memilih berdiskusi
dan menulis sesekali blog walking.
Sesuatu yang membuat aku bahagia, tanpa perlu membutuhkan uang. Setiap hari,
aku selalu memposting tulisan ke blog ku. Sampai pada suatu hari, ada seorang
penerbit mengunjungi blog ku. Ia tertarik dengan gaya bahasa tulisan ku dan
ingin sekali menerbitkanya. Entah apa yang aku rasakan, saat ini jantung ku
seolah meloncat keluar mendengar kabar tersebut. Aku sadari, aku bahagia
sekali.
***
Lima tahun kemudian ….
WANITA
MUDA, KAYA AKAN KARYA
Seorang wanita berparas cantik,
secantik karya yang ditulis. Tidak hanya puluhan, wanita berumur 25 tahun ini
telah menulis ratusan karya sastra, opini, essai hingga cerpen. Beberapa
penerbit ternama di Indonesia telah membukukan karya wanita bernama Ayu
Anggraeni ini. Menurutnya, peristiwa seperti ini diluar dari dugaanya.
Saat ditemui di kediaman barunya di
bilangan Jakarta, Senin (27/02), Ia mengaku hobi sekali menulis disaat
sengggangnya. alasanya adalah ia mendapatkan kebahagiaan dari menulis. Wanita
ini mengaku sangat bangga dengan apa yang diraihnya sekarang. Ayu memperoleh
penghargaan bertubi- tubi dan materi berlebih. Tak jarang kesetiaan fans Ayu
yang selalu menunggu tulisan barunya terbit. “kekhasan bahasa sederhana dalam
cerita, itu yang membuat karya saya disukai oleh pembaca” begitu katanya. Saat ini, Ayu tinggal
disebuah rumah mewah yang dibeli dari hasil jerih menulisnya sendiri. (Koran
Nasional, 28 Februari 2005).
***
Seperti
matahari pagi, Koran itu terbit. Pagi yang sama, disebuah rumah sederhana
tempat Anggun dan keluarganya tinggal, ya, Anggun dan keluarganya kini bukan
keluarga kaya lagi sebab Ayahnya dipenjara akibat dugaan korupsi. Sejak saat
itu, Anggun tinggal di sebuah rumah sederhana bersama ibunya. Tak sengaja,
Anggun meraih Koran pagi itu sambil menyeruput teh panas dan singkong goreng
buatan ibunya. Anggun hampir tersedak membaca berita dengan judul Ayu Anggraeni, Wanita muda kaya karya. Sesuatu yang dianggapnya mustahil namun nyata.
Ayu sahabatnya, kini menjadi seorang penulis sukses. Ia teringat masa lalunya
yang selalu mengolok- olok hobi ayu dengan kata- kata “Ngapain sih lo, weekend
kok malah didepan laptop mulu. ayolah yu! Kita karokean bareng. Nikmatin masa
muda yu. Mumpung duit bokap belum habis nih. Iya gak Dew? Hahahaa”. Namun pagi
ini, Anggun terdiam. Manik- manik air keluar dari ujung matanya.
Pagi
yang sama. Sementara matahari di atas rumah Dewi tidak sempurna terlihat akibat
awan mendung yang menutupinya. Dewi kini tinggal bersama kakek nenek nya di Jogjakarta.
Karena kedua orang tuanya meninggal saat akan melakukan kunjungan dinas ke luar
negri. Kali ini Dewi sedang meremas Koran yang dibacanya. Koran berjudul Wanita Muda, Kaya Karya. Ada rasa tidak
terima di hati Dewi. Rasa kecewa dan penyesalan yang seharusnya tidak datang
terlambat. Disela isakanya, Ia teringat percakapan singkat diantara dua
sahabatnya. “hahaha. Bener banget lo nggun! Mendingan kita karokean atau main
bilyard. Masa weekend baca buku sama
depan laptop mulu. Gaul dikit dong yu!”. Kemudian, Dewi membuang Koran itu
jauh- jauh dari hadapanya. Sesak menguasai rongganya.
***
Karena
dari sejarah kemudian manusia akan selalu dapat belajar untuk tahu bahwa
perbedaan pilihan bukanlah sebuah “barang baru,” yang mengagetkan umat manusia
dengan kehadirannya yang tidak terduga. Ayu Anggraeni, memilih untuk bahagia,
dengan memanfaatkan waktu luang.
***
-titonas-
Purwokerto, 22 September 2012 (11.34 WIB di
waktu luang)
NB: Tulisan ini dimuat di buletin BHINEKA CERIA, website bisa dikunjungi di (bhinekaceria.com)
Buletin Bhineka Ceria Edisi Perdana |
yey! sudah terbit.. |
mbak REDAKSI BHINCER |
0 komentar:
Posting Komentar