haloo . call me TITON. simple . t-shirt . FULL COLOR . of jeans . shoes . hairspray . hair clamp . jacket . long black hair . always carry the bag where it was . bodorr gilllaaa :D. humor. fault0finding . can not be silent . not thin . hahaha *)) . not colored nor white ? so ? you think by themselves . haha !

. SO ? .

what was i ! this is me myself and i characterize the nature of me. however i really love myself and my life . i really love it . life is dream and i must continue from this sec !
i sure , i can , can , i can get this :)) *




___________________________________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________________________________



Rabu, 11 April 2012

Numi cantik, Numi cantik ..

                    Malam yang dingin. Bulan masih pulas di peraduan. Sementara aku cemas. Raut wajahku dihantui rasa takut dan bersalah yang teramat. Bagaimana tidak? Mimpi yang sama selalu datang membuat keringat dingin membasahi sekujur tubuhku. Mimpi yang sama. Ya, selalu sama. sial!

Numi cantik
“Tidak!!”
Numi cantik. Numi cantik. Numi cantik
“Tidak!”
Siapa cantik? Numi
“Tidaaaaaaak!”


                   Kemudian aku terjaga. Seperti biasa. Nafasku tersengkal- sengkal. Rasa sesak yang menohok di dada seperti mengirimkan isyarat pada mata. Untuk segera mengalirkan manik- manik yang sedari tadi tertahan di kedua kelopak mataku. “Tidak”. Bisiku lirih. Kini, kurasakan pipiku basah menyeluruh.

          “Mama, kenapa? Kenapa Mama menangis?” 
                    Aku hafal betul suara itu. Iya, itu suara putriku. Ternyata putriku ikut terbangun. Tangan mungilnya kemudian ikut menghapus deraian manik- manik air mataku yang mengucur deras tanpa ampun.
          “Mama tidak apa- apa Nuri sayang, hanya mimpi buruk. Ayo kita tidur lagi”
                     Aku mencoba menjelaskan seadanya sambil tersenyum. Aku harap semoga Ia percaya dan kembali tertidur.


                  Pagi yang memuram. Sudah hari kesekian. Sudah dua hari ini, mimpi itu tak lagi datang. Namun ternyata aku salah. Mimpi itu, mimpi keparat itu, mimpi terkutuk itu, dengan leluasa masuk menyelinap ke dalam celah tubuh mungil anakku. 

“Mama”
“Iya Nuri sayang. Tidurmu nyenyak sekali. Selamat pagi buah hatiku, kebahagiaan akan selalu bersamamu sayang. ”
“Mama, semalam Nuri bermimpi”
“Mimpi apa?”
“Numi cantik Ma, Numi cantik dan Nuri takut.” 

                   Angin mendesah pelan. Numi cantik. Jantungku meneteskan darah hitam yang amat kental, mengalir terus ke dalam mataku. Ku kecup kening anakku dan menidurkan kepalanya di atas dadaku. Semoga Nuri bisa melupakan mimpi itu.
***

                   Langit yang tadinya berwarna jingga, perlahan menghitam. Matahari kian mengantuk. Ku nyalakan neon sebagai penerang. Sinar lampu neon, membuat siluet hitam itu terlihat semakin jelas. Ya, bayangan lelaki yang baru saja membuka dan kembali menutup pintu rumah. Lelaki itu, lelaki itu yang sangat kucintai dulu, hingga sekarang, semoga. Lelaki yang menebarkan bau khas tropis. Udara ingar tiba- tiba menyeruak ke dalam hidungku. Sudah dua hari ini suamiku tidak pulang ke rumah. Percuma, jika aku mengajukan pertanyaan semalam pergi kemana, atau sekedar basa basi lainya. Basi! jawabnya dengan lantang. Tapi ini tentang Nuri, Nuri juga aku yang selalu di hinggapi mimpi tentang? Ah!

“Mas Dika, aku tidak akan menanyakan lagi kemana saja kau pergi dua hari ini.”
“Lalu apa? Ada apa lagi”
“ Ini tentang Nuri, anak kita, dia bermimpi tentang Numi cantik

                    Hening. Sesuatu seperti menyambar. Dua pasang bertatap. Bersinggung. Bertaut. Betapa erat, sesaat. Lalu terlepas, sekejap.

          “Itu hanya mimpi buruk, kamu pasti lebih tau cara menenangkanya bukan?” Jawaban yang meluncur dari bibir lelaki itu, selalu sama. 
          “Tidak! Hati Nuri pasti terluka. Juga aku. Karena mimpi itu selalu membayang- bayangi kita berdua. Aku dan Nuri mas! Mengertilah mas Dika, tolong mengerti”
          “Hey, bukankah kamu tau segalanya tentang diriku? Bukankan kau juga memahaminya?”
 
                    Waktu seperti berulang, membawaku berhenti pada kurun sepuluh tahun lalu. Dika, lelaki yang sangat ku agungkan. Dia, Dika. Dika, lelaki yang sangat peduli dengan perempuan. Aku mencandunya dalam manis. Dika memulai perkenalan yang hangat dengan selalu meminjamkanku buku tentang feminisme. Ya, aku juga melihat beberapa kali Dika tampil pada pertujukan teater bertemakan feminisme. Ia berperan sebagai perempuan “Numi”. Semenjak itu, kelelakianya kemudian menghilang. Entah.

                    Ya, Dia Dika. Lelaki itu. Perempuan yang terjebak dalam tubuh lelaki. Ketidaksempurnaan yang ditanggungkannya selama belasan tahun. Kini Ia berani merealisasikan keinginannya yang kian membuncah. Dari kecil, dan sekaranglah dia baru bisa mewujudkan mimpi itu. Mimpi menjadi perempuan seutuhnya. Jiwanya memang perempuan. Ah! Aku tidak bisa berbuat apa- apa. Mataku nanar. Tanganku bergetar. Dengan sendirinya, tanganku terbang melayang menjambak Wig pirang itu. Tanganku. Tanganku melayang menampar keras wajah lelaki itu. Wajah dengan sesisa make-up di beberapa lekukan yang sungguh lelaki. Tangis pun pecah. Panas. Berat. Sungguh.

                    Lelaki itu, kemudian memilih pergi dengan bekas tamparan di pipi sebelah kiri. Lelaki itu pelan melewati pintu dengan rambut Wig pirang tergerai dan gaun merah panjang. Tapi wajah itu, wajah itu sungguh lelaki.
                    Dedaun gemerisik. Berjatuhan satu persatu. Bulan jatuh ke semak. Bergumam. Berkata. Tertawa. Perih. 

Numi cantik. Numi cantik.
siapa cantik? Numi. Ya Numi, Suamiku.. 


titonanastyansafitri

*****



Titon.Anastyan.Safitri
Purwokerto, 10 April 2012

 
Nb: Tulisan ini adalah sebuah gambaran tentang feminisme gender yang terangkum dalam sebuah Novel. Novel bertemakan “feminisme” karya: Yetti A.KA (115hal), saya ingin menuliskan nya kembali yang lebih ringkas, agar kalian juga tau cerita menarik ini.
untuk Yetti A.KA, satu kata : WOW !! :D



0 komentar:

Posting Komentar

Domo-kun Cute