Saat itu langit tak berbintang. Memang. Mendung disertai gelap. Langit seolah-
olah sedang murka, menumpahkan air seenaknya tanpa alasan. Hujan begitu deras.
saat itu aku sedang menikmati makan malam disebuah tempat makan. Letaknya tak
jauh dari tengah kota. Sekitar 100 dari tempat pemberhentian kereta api .
Bersama kawan , aku terjebak hujan . Perasaan ku mulai tak nyaman.
Sudah sekitar 5 jam aku meninggalkan rumah. Menghabiskan weekend bersama
kawan. Sekedar melepas lelah yang lama sudah. Mengobati penat yang akhir- akhir
ini mebuat hati tak menentu. Merefresh otak yang semakin hari semakin memanas
karena harus memikirkan ini itu, harus begini begitu. –ah. Aku mencoba
melupakan. Sejenak. –oh sungguh hati merasa plong ketika aku bersama
sahabat- sahabat lamaku. Karena hanya mereka –lah yang bisa membuat aku dan
otaku merasa sedikit tidak beku, kaku.
Kini hujan semakin deras. Langit semakin murka. Angin bertiup kencang seperti
tentara menembakan peluru pada buronan. Duooookkk!! Menusuk hingga
kulit. Aku merasa dingin. Bulu kuduku sudah berdiri sedari tadi. Aku menggigil
hebat. Melamun dengan pandangan kosong. Tiba- tiba Rasa itu sesaat terampikan.
Setelah telefon genggamku berdering kencang. Sebuah pesan singkat membuat aku
tercengang. Menghentikan lamunanku yang sudah diatas awan.
Masuk ke kotamu disambut dengan hujan deras .
23-April-2011; 19:52am
Sender: -kamu-
Aku? Hampir tersedak membacanya. Jantungku berdetak. Bukan. Bukan berdetak
seperti manusia kondisi normal. Ini lain. Detakanya semakin kencang. seperti
ada gelombang jiwa yang baru saja menancap. aku tidak bisa mendeskripsikan
semua ini. Mengetahui kamu dan keretamu akan semakin dekat dikotakku.
Iya. aku dan kamu kurang dari satuan kilometer , sekarang.
Kamu?kamu yang tiba- tiba muncul dalam hidup aku. kamu yang tiba- tiba mengusik
pikiranku. Kamu teman dunia mayaku. Teman yang mengajarai aku banyak hal. Kamu
yang begitu istimewa jika dibandingkan dengan dia atau mereka. Kamu? Iya kamu.
Aku tau. Kamu tidak akan menginjakan kaki di kotaku. Kamu dan keretamu hanya
kebetulan akan melewati kotaku. Dengan keretamu , menuju kotamu sendiri. Tapi
setidaknya aku berharap ,ingin bisa melihat tubuhmu. Hanya itu. Aku tak ingin
lebih. Apa aku salah?
Perasaan ku semakin tak menentu. Aku mulai berkhalyal, berfikir kemudian satu
persatu ku ramalkan. lalu? aku memejamkan mata. Sahabatku mengerutkan alis,
heran. Mereka tertawa melihat apa yang aku lalukan. Saat ini aku hanya berharap
pada Tuhan. Memohon akan ada sesuatu yang terjadi malam ini. Malam yang yang
sudah lama aku impikan.
“-ah mustahil !!”
Aku mebuka mata. Meyakinkan pada diri. Kalau semua
yang aku pikirkan, mustahil untuk terjadi. Itu semua hanya khalayan! begitu
bodohnya aku! tolol! Sudah. aku berpura- pura melupakan. Aku berpura-
pura tak menghiraukan. Aku juga berpura- pura tak memikirkan. Tentang kamu.
Tentang tubuhmu yang akan semakin dekat dengan tubuhku. –ah! Persetan!! Aku
bergegas menjauh dan meninggalkan. Aku semakin tak merasa nyaman. Entahlah.
kembali dengan langkahku yang semakin cepat. Cepat . dan cepat. Aku tak peduli
dengan hujan. aku pulang, dengan sedikit menitikan air mata. Karena aku tahu.
Kamu tak pernah sedikitpun menginginkan aku. Kamu tak sedikitpun menaruh minat
untuk bertemu denganku. Kamu tak pernah sudi untuk melihat aku. Bukan begitu?
21.59am
Aku mulai merebahkan tubuhku di ranjang. Memandang atap yang berwarna
kecoklatan. Pikiranku melayang. Seolah- olah aku beriteraksi dengan Ia yang
mempunyai segala ke-Maha-an.
Tuhan? Katanya , Kau selalu mengerti? Terus, kenapa aku
dan dia tak dipertemukan saja sekarang? Saat aku dan dia berjarak satuan
kilometer. Kenapa tak Kau biarkan saja aku melihat tubuhnya sekarang? Saat
kesempatan tu ada didepan mata. Tuhan?aku benci. Benci dengan saat seperti ini.
Saat Engkau memberi semangkuk kebahagiaan, dan? saat itu juga menggeser mangkuk
itu jauh- jauh dari ku. Kenapa Tuhan?
Telefon genggam kembali bergetar.
Sudah ratusan kilo, jauh meninggalkan kotamu.
23-April-2011
22:30am
Kembali aku dan mataku menatap langit kecoklatan.kali ini tetesan air sudah
membasahi pipiku. Masih saja kubayangkan tubuhmu yang sekarang sudah jauh
meninggalkan kotaku. Sekarang sudah jauh ratusan kilometer. Rasanya aku ingin
berteriak sekeras mungkin. Agar Tuhan mendengar semua apa yang aku inginkan
saat ini. Rindu keparat ini menyerbu tanpa ampun. Memohon sekali lagi kepada
Tuhan. Karena aku yakin, Tuhan itu? Bukan mengerti. Tapi? Maha Mengerti.
23.00am
Mataku terbuka dari pejaman. Membelalak . aku merasa seperti ada sebuah
tamparan. Iya. Tamparan yang sangat kencang. Sepertinya kali ini Tuhan telah
memberi jawaban
“Dengar ! Aku itu Maha Mengerti nak. Aku yang Maha
Berkendak. Jangan sekali-pun kau menyalahkan Aku. Karena tak sedikitpun Aku
ingin mebuat kamu menangis seperti itu.Dengar! Aku itu punya rencana lain
nak. Iya. Rencana untuk mempertemukan kamu dan dia dengan cara yang lebih
indah. Jangan menangis lagi nak. Karena aku selalu menyayangi kamu. Sekarang
apakah Kamu mengerti?”
Aku mengangguk pelan. Mengiyakan bisikan Tuhan. Aku tersenyum atas semua
jawaban Tuhan. Karena memang semua itu-lah yang aku inginkan. Ternyata benar
yang semua orang katakanan. Tuhan itu bukan selalu mengerti, tapi? Maha
Mengerti.
Kata Tuhan. suatu saat nanti , aku bisa Menghirup wangi tubuhmu.
Memelukmu. Mendekapmu. Hidung kita beradu. Tak kan kubiarkan jeda waktu
menggangu. Karena tak ada satuan kilometer lagi disini. Yang ada hanyalah? Aku,
kamu dan? tuan inci.
Titon
anastyan safitri:
Tegal,
hujan-gelap-sunyi
24
April 2011*00.00
NowPlaying;
Shaggydod-Lagu Rindu
0 komentar:
Posting Komentar