........
Sayangnya, saya tidak mempunyai pengalaman
menarik yang bisa saya ceritakan. ketika berkunjung ke sebuah kota di luar
negri bahkan kota di dalam negri –pun saya tak punya. Tetapi untuk persolan
perbedaan, saya mempunyai sebuah cerita yang lebih menarik jika dibandingkan.
Saya lupa tepatnya kapan. hanya ingat
setahun lalu saya diajak oleh salah satu kawan lama untuk menghadiri
sebuah jamuan makan malam. ini adalah makan malam pertama saya dengan
Sammira, setelah empat tahun silam sudah kita tidak pernah berjumpa.
Sammira adalah seorang teman saya yang
berketurunan Arab kental. Bermarga Alkatiri. Makanya dia memutuskan untuk
meneruskan cari ilmu di negeri seberang. negeri dimana ia dilahirkan dan
dibesarkan. Tetapi kini, dia meluangkan sejenak liburanya, untuk berkunjung ke
Indonesia. Karena memang Sammira adalah teman sewaktu SMP kami, di Al- Irsyad
Tegal. Dulu, memang.
Karena kami semua beragam islam, kami sepakat
untuk memilih tempat makan yang letaknya disekitar bundaran, alun- alun
Tegal. yang berlogo “halal”. Saya tidak hanya berdua dengan Sammira. Melainkan
berdelapan, dengan teman yang lain. Kami semua sengaja melakukan makan malam
ini, untuk menyambut Sammira sepulang dari Arab sana. yang jelas tujuanya
adalah reuni kecil- kecilan , melepas rindu yang lama sudah, ingin kita
kenang.
Singkatnya, setelah kami selesai menghabiskan
makanan. Tiba2 terdengar suara “aaaaaaaaaaahhhhggggg”. Samira besendawa, sangat
keras. Sehingga empat belas pasang bola mata kami, tertuju pada Sammira yang
duduk di sudut kanan meja makan. Kami mengerutkan alis, heran. Kami disini
tidak terbiasa dengan sendawa sehabis makan.
“ uppss!! laa kodd nasiita, innaha fii
Indonesia. Laa fii Arab. Aa tadziraa. Hadza aa daa ta “ samira mencoba menjelaskan. Dan, saya
sedikit mengerti apa yang Sammira katakan. Karena bagaimanapun saya lulusan
dari sekolah islam. Yang juga mempelajari bahasa Arab, dasar. Apa yang Sammira
katakan tadi dalam bahasa Indonesia artinya “uppss, saya lupa. Ini kan di
Indonesia, bukan di Arab sana. Maaf. Ini kebiasaan” Sammira hanya meringis
. kami semua hanya memaklumi, seolah mengiyakan.
Saya tertarik, penasaran. Akhirnya saya
memutuskan. untuk bertanya apa maksud bersendawa barusan. Setelah saya
mengoreknya lebih lanjut, saya menemukan sebuah jawaban. Mengangguk pelan,
pertanda saya sudah mengerti dan paham. Pikiran saya sejenak membandingkan.
Bersendawa ketika makan apalagi pada
saat makan bersama memang sesuatu yang buruk jika kita melakukannya di
Indonesia apalagi oleh kaum islam. Bahkan bisa jadi akan ada tangan yang
mendarat telak di wajah, karena dianggap tidak sopan. Namun, di Arab Saudi sana
sendawa justru menjadi sebuah penghormatan. Percaya atau tidak?? Untuk
membuktikannya sendiri, silahkan ke Arab Saudi dan bersendawalah saat makan .
Purwokerto, 9 Maret 2011
-Titin Safitri-
0 komentar:
Posting Komentar